
Susilo:
Hua ,,, ha.... ha. Hai, Saudaraku!!! Namaku Susi – Kopral Susilo. Orang memanggilku Den Bagus Silo. Aku juga akan membacakan puisi. Kali ini puisiku kuberi judul ”Pahlawan”. Puisi ini untuk pahlawan ”apa saja” di negeri dongeng. Negeri impian, Negeri SMA Kristen Petra 1 Surabaya.
Bedjo:
Namaku Bedjo. Hua,.. ha,..., ha.... Brrrrrrr. Aku sering dipanggil Bedjo, Bedjo– Bedjo, kayak di iklan TV itu. Aku nggak mau kalah. Aku juga pingin memperdengarkan sebuah puisi. Puisiku judulnya ”Kisah Penjual Telor”. Puisi ini kupersembahkan kepada seluruh pelangganku di seluruh jajaran kampus SMA Kristen Petra 1 Surabaya. Hua,.. ha,..., ha....
Anjasmara:
Malam ini, malam purnama. Kulihat wajahmu tertimpa cahaya bulan, .... begitu cuaannnntik. Kudekati wajahmu dan kubisikkan kata ...
Susilo:
Merderka!!! Merdeka!!! Sekian lama kita dijajah, kini saatnya kita merdeka. Kan kuusir kau, hai penjajah!! Di dalam hati kami, kan kuteriakkan ....
Bedjo:
Telor... telor ... telor!!!. Itulah kata-kata (hua .. ha ... ha...) yang kuucapkan setiap kali. Kujajakan ... kujajakan telorku. Kampung demi kampung aku lewati. Kujajakan telor ayam...., telor bebek...., dan telor ....
Anjasmara:
Kekasihku.... Betapa aku sangat mencintaimu sayang..., hanya padamu cintaku yang tulus ini. Lebih-lebih kau adalah ....
Susilo:
Sialan!!!! Aku sudah muak dijajah, Kau buat bangsaku bodoh. Lebih baik mati berkalang tanah daripada hidup dijajah. Pedang di tangan kanan, tombak di tangan kiri. Berselempangkan ....
Bedjo:
Selendang dan bakul ...., itulah yang kubawa setiap hari. Ayam adalah hidupku. Kuharap, ayamku bertelor setiap hari. Karena itu, kuperiksa pantat ....
Anjasmara:
Kekasihku ... percayalah padaku.... please!!. Mari, mendekatlah kekasihku .. supaya kau bisa rasakan hangatnya cintaku... ayo mendekatlah dan ....
Susilo:
Kutancapkam pedangku. Puas rasanya membela negriku. Darahku makin mendidih melihat kekejaman penjajah di depan mataku, hingga .....
Bedjo:
Plung!!! Keluarlah telor dari pantat ayamku, Bahagia rasanya hati ini. Kutimang-timang telorku dan kumasukkan satu demi satu ke dalam ....
Anjasmara:
Mulut kekasihku … begitu indah. Pesona senyummu teramat manis. Tak bosan-bosannya aku memandangmu. Ketika kau sandarkan kepalamu di bahuku ingin rasanya aku ....
Susilo:
Menendang, menghajar, menghantam, mengusir semua musuhku dari bumi negriku. Aku tak takut pada siapapun. Tuhan di pihakku. Kubela kebenaran dan keadilan. Aku terus maju, walau hanya berbekal ....
Bedjo:
Telor mata sapi.... Pelangganku sangat suka, – sangat suka makanan itu. Adalah kebahagiaan – adalah sukacita tersendiri melihat pelangganku makan telor .....
Anjasmara:
Kekasihku...., mari – kemarilah...., tidurlah .... akan ....
Susilo:
Kutusuk jantungmu sampai mati ....Sebagai pelampiasan amarahku. Ini adalah perang, Bung!!! Kamu yang mati atau ....
Bedjo:
Ayamku yang mati... membuat hatiku sedih .... seperti berpisah dengan sahabatku. Sambil kubisikkan kata, ”ayamku” .....
Anjasmara:
Aku cinta padamu sayang. Inilah tanda cintaku yang tulus ... kuberikan hadiah..... hadiah yang sangat berharga, yaitu .....
Bedjo:
Ayamku..., oh ayamku ... jangan mati – tetaplah hidup.. supaya dapat kujual .....
Anjasmara:
Kekasih jiwaku .... kubelai rambutmu dan .....
Susilo:
Kulempar dengan bom ... sebagai serangan terakhir, agar ....
Anjasmara:
Kekasihku .....
Bedjo:
Bertelor lagi ... petok .... petok ..... petok ...
Susilo:
Merdeka!!!
Anjasmara+Susilo+Bedjo:
Salam manis dari kami bertiga
TERIMA KASIH
Rekan-rekan guru, silakan download puisi ini untuk bahan ajar.
Puisi ini benar-benar meninggalkan kesan dan selalu membuat aku ketawa setiap kali aq mengingatnya :D
BalasHapusPengen denger lagi pak ^^